Resensi Novel
Judul buku : The Other Einstein
Penulis : Marie Benedict
Penerbit : Bhuana Sastra
Tebal buku : ix + 373 hlm.
Mileva ‘Mitza’ Maric adalah gadis sangat cerdas yang berasal dari keluarga Kristen-Ortodoks taat di Zagreb, Kroasia. Sebenarnya dia adalah anak ketiga orangtuanya, tapi kedua kakaknya telah tiada. Jadilah kemudian Mileva anak tertua yang sangat diharapkan papa mamanya. Namun karena kondisi fisiknya yang tak sempurna (pincang), Mileva menghapus keinginan untuk menikah layaknya perempuan muda pada umumnya. Sudah telanjur muncul persepsi bahwa perempuan dengan fisik sepertinya tak mungkin menikah. Oleh sebab itu, Mileva yang semenjak kanak-kanak sudah menunjukkan kecerdasan di atas rata-rata—terutama di bidang matematika dan fisika—menaruh harapan pada pendidikan. Dia didukung papanya menetapkan pilihan untuk mengejar ilmu dan pendidikan setinggi mungkin sebagai bekal berkarir di masa depan.Hingga tiba saatnya Mileva berkuliah di Jurusan Matematika dan Fisika, Politeknik Federal Swiss di Zurich.Di asrama tempat tinggalnya (mirip rumah kontrakan dengan induk semang), Mileva diperkenalkan dengan tiga gadis seusianya yang juga perantauan dari negara-negara di luar Swiss untuk berkuliah. Meski awalnya ragu dan menjaga jarak karena berbagai kekhawatiran, Mileva pada akhirnya merasa diterima oleh ketiga kawan barunya. Bahkan, Helene menjadi yang paling akrab dan merasa sevisi mengenai rencana masa depan.
Seiring berjalannya waktu, Albert Einstein salah satu teman sekelas Mileva yang sedari awal menunjukkan sikap ramah ternyata menaruh perhatian lebih. Karena perhatian berlebih dari Albert, Mileva memutuskan cuti kuliah dan justru berkuliah sementara di Universitas Heidelberg, Jerman dengan risiko ketinggalan banyak mata kuliah. Ketika akhirnya merasa siap kembali ke Zurich, ternyata keadaan telah banyak berubah. Hati Mileva pada akhirnya luluh dan mengubah sedikit rencana masa depannya. Dia dan Albert kerap menyatakan akan bahagia bersama dan menjadi pasangan bohemian yang bermitra dalam pemikiran dan hati. Di suatu kesempatan, Mileva diperkenalkan pada keluarga Einstein yang sedang berkunjung. Sayangnya, mama Albert terang-terangan tak merestui hubungan Mileva dengan putranya. Hubungan dua sejoli yang sedang dimabuk cinta ini makin dekat hingga di kemudian hari Mileva diketahui hamil. Kabar ini menghancurkan hati sang papa, apalagi kala itu seharusnya Mileva fokus pada sidang skripsinya. Sedangkan Albert yang sudah lulus, masih sibuk mendapatkan pekerjaan tetap sehingga kabar ini tak mendapat respon sesuai harapan Mileva. Keduanya pun bahkan sempat terpisah karena keadaan. Mileva kembali ke kotanya dan melahirkan tanpa kehadiran Albert.
Albert akhirnya mendapatkan kepastian mengenai pekerjaan tetap di Bern. Terpaksa menitipkan bayinya kepada sang mama. Malangnya, sang putri kecil tak berumur panjang karena sakit. Kesedihan mendalam berbaur kekecewaan atas sikap tak peduli Albert sempat dirasakan Mileva, tapi kehadiran calon bayi kedua membuat Mileva bertahan dan memutuskan melanjutkan hidup. Pernikahan Mileva dan Albert pun dikaruniai dua anak. Kemitraan pikiran tetap terjalin, bahkan Mileva memberikan sumbangan pemikiran dan ide yang besar bagi karir keilmuan Albert, di tengah tugasnya mengurus rumah tangga dan keluarga. Mileva menjadi sosok di balik layar atas segala pencapaian Albert di bidang sains, termasuk ketika meraih Hadiah Nobel. Namun, prestasi tersebut berbanding terbalik dengan keharmonisan rumah tangga mereka. Sikap Albert yang tak menghargai istri dan tak segan melakukan kekerasan domestik pun memicu kehancuran. Bahkan Helene yang masih berhubungan baik dengan Mileva setelah sama-sama menikah, sempat terang-terangan membukakan mata Mileva atas sikap suaminya yang tak patut. Di titik inilah Mileva harus mengambil sikap; apakah akan bertahan dan berusaha memperbaiki keadaan atau menyerah atas pernikahannya setelah bertahun-tahun berjuang.
Comments
Post a Comment