Resensi Novel
Judul Buku : A Head Full Of Ghost
Penulis : Paul Tremblay
Jumlah Hal : 400 hal.
Penerbit : Nourabooks
Ini kisah tentang kakak-beradik. Hubungan antartokoh yang dieksplorasi paling dalam oleh penulis adalah hubungan antara Merry dan Marjorie. Meski sering kesal terhadap Marjorie, Merry tak bisa berbohong bahwa ia sebenarnya mengidolakan kakaknya. Mereka berdua punya kebiasaan unik, yaitu menciptakan cerita-cerita sampingan, misalnya dari buku cerita bergambar favorit Merry, Cars and Trucks and Things That Go karya Richard Scarry. Mereka akan menggambar coretan-coretan kisah mereka sendiri di bagian-bagian yang kosong pada halaman buku. Hm, sebenarnya yang gemar menciptakan cerita adalah Marjorie, sih. Tapi kalau tak ada Merry yang amat menggemari cerita-cerita karangan kakaknya, cerita Marjorie itu tak akan hidup.
Nah, ada dua cerita karangan Marjorie yang paling berkesan, yaitu tentang "yang tumbuh"--seperti pohon kacang dalam ceria Jack dan Kacang Ajaib yang tumbuh dengan cepat menjadi raksasa dan menerjang apa saja saat tumbuh, termasuk menyebabkan terbunuhnya ibu mereka. Cerita yang kedua adalah tentang bencana banjir molasses--sirup gula warna cokelat gelap nan kental dan lengket. Cerita karangan Marjorie ini tidak benar-benar karangan, karena memang benar-benar pernah terjadi, yaitu di Boston pada tahun 1919.
Lima belas tahun yang lalu. Merry delapan tahun, Marjorie empat belas tahun. Merry tidak paham ketika ibu mereka yang atheis bilang bahwa Marjorie sedang "sakit", dan membawanya secara berkala ke psikiater. Sementara itu, ayah mereka baru kena PHK dan sejak itu jadi gampang berubah-ubah suasana hatinya. Sang ayah lalu bergabung dengan suatu gereja dan menjalin kedekatan dengan Bapa Wanderly. Di keyakinan sang ayah, Marjorie "kerasukan roh jahat". Oleh karena itu, ia berkeras mempertemukannya dengan Bapa Wanderly, alih-alih mengantarkannya konsultasi ke psikiater langganannya. Maka dari itu, timbullah perselisihan antara sang ibu dan sang ayah.
Memang, Merry sering mendapati kakaknya melakukan hal-hal aneh. Mulai dari menceritakan kisah-kisah horor tentang molasses dan "yang tumbuh", menyelinap ke kamar Merry di malam hari, merusak tembok kamarnya sendiri, membuat luka-luka di tubuhnya.... Sampai orang-orang dewasa yakin bahwa ia kerasukan dan pada akhirnya sepakat melakukan eksorsisme. Bapa Wanderly mengenalkan kisah kerasukan Marjorie itu pada kru film dokumenter, yang lalu menjadikan keluarga itu sebagai tokoh reality show berjudul The Possession. Sang ibu awalnya tak menyetujui eksorsisme dan syuting film itu, tapi akhirnya setuju karena hanya dengan itulah keluarga yang sedang bangkrut itu bisa mendapat banyak uang dalam waktu singkat.
Judul Buku : A Head Full Of Ghost
Penulis : Paul Tremblay
Jumlah Hal : 400 hal.
Penerbit : Nourabooks
Ini kisah tentang kakak-beradik. Hubungan antartokoh yang dieksplorasi paling dalam oleh penulis adalah hubungan antara Merry dan Marjorie. Meski sering kesal terhadap Marjorie, Merry tak bisa berbohong bahwa ia sebenarnya mengidolakan kakaknya. Mereka berdua punya kebiasaan unik, yaitu menciptakan cerita-cerita sampingan, misalnya dari buku cerita bergambar favorit Merry, Cars and Trucks and Things That Go karya Richard Scarry. Mereka akan menggambar coretan-coretan kisah mereka sendiri di bagian-bagian yang kosong pada halaman buku. Hm, sebenarnya yang gemar menciptakan cerita adalah Marjorie, sih. Tapi kalau tak ada Merry yang amat menggemari cerita-cerita karangan kakaknya, cerita Marjorie itu tak akan hidup.
Nah, ada dua cerita karangan Marjorie yang paling berkesan, yaitu tentang "yang tumbuh"--seperti pohon kacang dalam ceria Jack dan Kacang Ajaib yang tumbuh dengan cepat menjadi raksasa dan menerjang apa saja saat tumbuh, termasuk menyebabkan terbunuhnya ibu mereka. Cerita yang kedua adalah tentang bencana banjir molasses--sirup gula warna cokelat gelap nan kental dan lengket. Cerita karangan Marjorie ini tidak benar-benar karangan, karena memang benar-benar pernah terjadi, yaitu di Boston pada tahun 1919.
Lima belas tahun yang lalu. Merry delapan tahun, Marjorie empat belas tahun. Merry tidak paham ketika ibu mereka yang atheis bilang bahwa Marjorie sedang "sakit", dan membawanya secara berkala ke psikiater. Sementara itu, ayah mereka baru kena PHK dan sejak itu jadi gampang berubah-ubah suasana hatinya. Sang ayah lalu bergabung dengan suatu gereja dan menjalin kedekatan dengan Bapa Wanderly. Di keyakinan sang ayah, Marjorie "kerasukan roh jahat". Oleh karena itu, ia berkeras mempertemukannya dengan Bapa Wanderly, alih-alih mengantarkannya konsultasi ke psikiater langganannya. Maka dari itu, timbullah perselisihan antara sang ibu dan sang ayah.
Memang, Merry sering mendapati kakaknya melakukan hal-hal aneh. Mulai dari menceritakan kisah-kisah horor tentang molasses dan "yang tumbuh", menyelinap ke kamar Merry di malam hari, merusak tembok kamarnya sendiri, membuat luka-luka di tubuhnya.... Sampai orang-orang dewasa yakin bahwa ia kerasukan dan pada akhirnya sepakat melakukan eksorsisme. Bapa Wanderly mengenalkan kisah kerasukan Marjorie itu pada kru film dokumenter, yang lalu menjadikan keluarga itu sebagai tokoh reality show berjudul The Possession. Sang ibu awalnya tak menyetujui eksorsisme dan syuting film itu, tapi akhirnya setuju karena hanya dengan itulah keluarga yang sedang bangkrut itu bisa mendapat banyak uang dalam waktu singkat.
Makin lama, perilaku tokoh-tokoh dalam novel ini jadi membingungkan. Pertama, Marjorie. Apakah ia memang berpura-pura kerasukan, atau memang menderita penyakit mental, atau ia berpura-pura bahwa ia pura-pura kerasukan karena ia memang kerasukan? Kedua, sang ayah. Suasana hatinya sering berubah-ubah, ada yang hingga taraf aku mengira bahwa sebenarnya yang gila bukan Marjorie, melainkan ayahnya. Namun, perilaku mereka inilah yang menarik. Mereka menstimulasi rasa penasaranku sehingga aku mulai berspekulasi....
Dalam novel ini, aku menangkap adanya isu pertentangan antara ilmu pengetahuan dan takhayul (diwujudkan dalam pertentangan pihak ibu dan pihak ayah). Keyakinan bahwa Marjorie kerasukan roh jahat mungkin menghalangi anak itu mendapatkan perawatan medis yang benar dan hal ini bisa berakibat fatal.
Comments
Post a Comment